ArchiMateriali.com – Holla sobat Archi dimanapun berada. Semoga selalu dalam limpahan kesehatan ya sobat. Aamiin. Sebenarnya tulisan ini pernah saya posting di blog pribadi. Saya tulis ulang karena memang masih banyak sekali kesalahan mendasar dalam hali ini. Apa itu? Yups, tata cara mengirim lamaran melalui surel (surat elektronik). Jadi ceritanya beberapa waktu yang lalu, saya sempat dimintai tolong oleh atasan untuk menghandle lowongan pekerjaan salah satu bagian di kantor. Saya bagian menyortir mana-mana pelamar yang layak diwawancarai. Ada puluhan lamaran yang masuk di email atau surel.
Generasi millenial saat ini memang selalu berpikiran praktis, cepat dan instan. Saya pun demikian, haha. Tetapi jujur secara pribadi harus prihatin terhadap etika atau tata cara mereka memasukkan lamaran meskipun sebatas lewat email. Kalau lewat tulisan tangan pasti semua sama. Di sinilah letak seni dalam menilai seorang pelamar itu harus dihubungi atau tidak.
Mungkin ini bisa dipakai untuk sobat Archi atau keluarganya atau saudaranya yang biasa mengirimkan lamaran via email. Ada lho etika mengirimkan email lamaran. Sedangkan yang saya temui hampir semua tidak memudahkan tugas para HRD melainkan menambah pusing dan geleng-geleng kepala. Meskipun terkadang juga membuat tersenyum jika menjumpai hal-hal yang seharusnya tidak terjadi tetapi kita jumpai. Anggap saja sebagai hiburan, hehehe.
Daftar Isi :
1. Mengosongkan Subjek Email
Hal pertama yang sering ditinggalkan oleh para pelamar adalah tidak mengisi subjek email atau surel. Bnayak sekali saya jumpai lamaran seperti ini. Kalau diibaratkan subjek itu sebagai penunjuk arah dari email itu sendiri. Apa to isi email sobat? Baiklah itu memang email khusus lamaran pekerjaan tapi hambokyo plis diisi. Jangan pernah beranggapan toh ya para HRD tahu kalo itu lamaran. Heloo nona-nona, jika kalian mengisi itu subjek email berarti kalian memudahkan para penilai dan jadi salah satu jalan masuk untuk membuka email tersebut.
Tentu sakit bukan, kita sudah capek-capek ngirim email tetapi didiamkan. Diklikpun tidak, apalagi dibaca. Jadi ingat, isi subjek email, bisa dengan “Lamaran Pekerjaan PT ABC Bagian Apalah Gitu.” Sobat bisa menggunakan template seperti ini : “Lamaran Pekerjaan “Posisi” “Nama Perusahaan” atau bisa juga “Lamaran Pekerjaan “Nama Perusahaan” “Posisi”.
Bolehlah hati kalian itu kosong, layaknya jomblo di luaran sana. Tapi pliss kalo melamar gawean subjek email jangan dikosongin kayak hatimu itu! hehe
2. Membiarkan Badan Email Kosong
Ini penyakit selanjutnya. Subjek email kosong ladalah badan email juga kosong. Maunya apa coba ini pelamar. Ngajakin gelut? Kebanyakan para pelamar mengirimkan file dalam bentuk zip atau rar sudah cukup. Duh Gusti paringono sabar.
Ibarat awalnya sudah tidak ada penujuk arah, pengantar pun juga tidak ada. Hanya diberi file zip-zipan. Inilah kesalahannya. Sebaiknya dalam badan email digunakan sebagai pengantar bahwasanya kalian hendak melamar pekerjaan. Atau bisa juga digunakan untuk menuliskan surat lamaran pekerjaan itu sendiri. Saya lebih menyarankan badan email sobat diisi dengan surat lamaran sobat. Lantas file pendukung seperti CV dan tetek bengek lainnya dilampirkan.
Terkadang juga karena mungkin malas dan entah bagaimana. Banyak sekali para pelamar pekerjaan mengirim surel model forward atau lanjutan. Ya Allah ya Robbi, terkadang saya sampai tepok jidat. Bener sobat Archi, ini tandanya mereka tidak serius melamar. Jadi jangan sekali-kali memforward mentah-mentah surel lamaran.
Sudah to, sadar, kalau badan email itu wajib diisi. Ya kayak kamu itu perlu diisi perhatian dan kasih sayang.
3. Melampirkan File Ngaudubillah Ukurannya
Seperti yang sudah saya singgung di atas. Para pelamar suka melampirkan file yang bentuk kompresan. Syukur-syukur filenya kecil, terkadang itu filenya mengalahkan file HD JAV, hahaha bercanda kok.
Kalau untuk saya pribadi masalah file lampiran pendukung ada baiknya di lampirkan satu-satu. Baik itu dalam bentuk gambar atau bentuk pdf. Ribet saja harus ekstrak itu file kompres. Ini hanya pendapat saya. Pendapat oranglain tentu beda. Mungkin ada baiknya file CV, ijazah, riwayat hidup dan lain sebagainya jadikan satu file pdf. Tidak perlu repot-repot upload file satu-satu. Jika kalian memudahkan pekerjaan HRD, tentu kalian akam dimudahkan juga dipanggilnya. Ahayyy jika memang rejekinya.
4. Kurangnya Dalam Membranding Diri Yang Menyentuh Emosi
Maksudnya apa ya? Jadi begini sobat Archi yang dirahmati Allah, seringkali ketika menuliskan tentang biodata diri kita di dalam CV selalu mengikuti pakem “saya lahir tiga bersaudara. Saya nomor lima. Saya sekolah di anu bla bla bla…”
Di sinilah letak kesalahan dalam membranding diri. Poin utama dalam sebuah lamaran adalah menarik perhatian. Tariklah perhatian para HRD agar mereka menghubungi kalian. Tulislah apa-apa yang menjadi sisi positif sobat yang sekiranya relevan dengan posisi yang hendak di lamar. Dan jangan terlalu dilebih-lebihkan atau lebay.
Sederhana tapi kalian banget, contoh misal “saya orangnya menjunjung tinggi kejujuran. Karena ketika dulu kuliah atau sekolah diajarkan makna sebuah kejujuran di pelajaran akhlak agama.” Jika sobat bisa menyentuh sisi emosial para HRD. Kemungkinan besar sobat akan dimasukkan ke kelompok yang harus dihubungi untuk tes selanjutnya.
Kok masih belum dipanggil Mas?
“Mas Archi, saya sudah melakukan semua tips di atas tapi kok masih belum mendapat panggilan ya?”
Di sini saya hanya membagikan tips dan saran kepada sobat Archi yang masih berjuang mencari pekerjaan. Saya tidak menjamin sobat Archi keterima kerja ketika sudah mengamalkan tips di atas. Ketika kita sudah berikhtiar semaksimal mungkin, langkah selanjutnya adalah berdoa dan bertawakal. Tetapi sekali lagi semua rejeki datangnya dari Allah. Hidup itu tidak harus jadi pencari pekerjaan. Menjadi pengusaha malah lebih enak dan menyenangkan. Saya juga tidak bermaksud merasa paling pintar dalam hal lamar-melamar. Toh sering juga ditolak ketika memasukkan lamaran pekerjaan.
Melamar pekerjaan mungkin sulit, Sobat. Lebih sulit kalau ditanya “aku mbok lamar kapan mas? Wis kesel aku ngenteni.” Hahaha
Salam Archi